Ketika Teriakan “Surat!!” Berganti “Paket!!”

Pos adalah bagian dari sistem pos yaitu sebuah metode yang digunakan untuk mengirimkan informasi atau suatu objek, di mana untuk dokumen tertulis biasanya dikirimkan dengan amplop tertutup atau berupa paket untuk benda-benda yang lain, pengirimannya mampu menjangkau seluruh wilayah di dunia. Pada dasarnya, sistem pelayanan pos bisa dilakukan oleh public ataupun private. 

(https://id.wikipedia.org/wiki/Pos)

Gambar oleh NM

Keluarga besar saya kebanyakan berada di pulau Jawa. Sementara bapak dan ibu saya sudah lama merantau ke pulau Sumatera, tepatnya di kota Tanjungkarang atau yang sekarang dikenal dengan nama Bandar Lampung. Saya sendiri lahir di Tanjungkarang dan baru setelah selesai SMA memilih Bandung untuk melanjutkan studi dan akhirnya meneruskan hidup.

Saat masih tinggal bersama bapak dan ibu, saya kecil sering kali mendapat surat dari keluarga di Jawa. Sebulan itu bisa 4-5 kali kami mendapat surat, dari orang yang berbeda. Karena masih kecil dan ditujukan buat bapak, ibu atau ada yang kos di rumah maka saya tidak tahu persis isinya apa saja. Salah satu yang masih saya ingat adalah pertanyaan tentang keadaan saya bagaimana. Maklum, saya adalah cucu atau keponakan satu-satunya yang berada jauh dari keluarga besar saya itu. Wajar kalau keluarga jadi ingin tahu keadaan saya bagaimana, terutama pertumbuhannya.

Ada yang menarik selama kurun waktu seringnya terjadi korespondensi antara ibu, bapak dan atau yang lain kepada saudara lain di Jawa sana. Kebetulan rumah kami tidak jauh dari kantor pos pusat kota. Maka tidak aneh kalau rumah kami serta isinya sudah dihapal dan dikenal baik oleh tukang pos yang mengantarkan surat untuk kami.

Saya kecil adalah yang paling sering menerima atau menemukan surat itu. Beberapa pengantar pos itu pun kenal dengan saya. Mungkin saking seringnya mendapat surat, saya kecil sempat bercita-cita ingin jadi “Bu Pos”.

Kenapa Bu Pos? Karena saat itu kebanyakan yang mengantar adalah bapak-bapak. Jadi, pikiran anak kecil, kalau saya ingin bekerja di sana, dipanggilnya “Bu Pos”. Surat atau paket yang ditujukan untuk saya dan keluarga pun akan lebih cepat dan mudah sampai karena ada saya sebagai orang dalam.

Pengiring Cita-cita

ekspedisi /ek·spe·di·si //ékspedisi/ n 1 pengiriman surat, barang, dan sebagainya; 2 perusahaan pengangkutan barang; 3 Huk salinan yang sama bunyinya (tentang vonis atau akta); 4 perjalanan penyelidikan ilmiah di suatu daerah yang kurang dikenal; 5 Mil pengiriman tentara untuk memerangi (menyerang, menaklukkan) musuh di suatu daerah yang jauh letaknya

(Dari: https://kbbi.web.id/ekspedisi)

Kalau waktu kecil tercetus cita-cita ingin menjadi Bu Pos, seiring waktu saya menemukan apa yang diri saya mau. Termasuk cita-cita yang berubah.

Walau awalnya tidak direstui oleh orang tua, akhirnya saya berhasil meyakinkan kedua orang tua saya bahwa cita-cita hendak menjadi seorang wartawan dan atau penulis adalah benar keinginan saya sendiri dan ingin saya gapai.

Perjuangan awal saya dimulai di kota Bandung dengan memberanikan diri mengirim naskah cerpen ke beberapa majalah ibukota. Saat inilah saya mengenal pertama kali beberapa ekspedisi yang membantu mengirimkan surat dan atau barang selain Pos Indonesia.

Salah satunya JNE.

Memang tidak langsung tahu bahwa JNE adalah ekspedisi pengantaran surat dan atau barang. Saat itu justru lebih dikenal nama Tiki dibanding JNE. Tetapi, kebetulan setelah mencoba beberapa kurir lain dengan semua kelebihan dan kekurangannya dan tempat saya tinggal yang saat itu memang lebih dekat dengan JNE, maka mulailah saya lebih sering menggunakan jasa pengiriman ini daripada yang lain.

Selain soal kedekatan jarak, ongkos kirim juga berpengaruh.

Oleh karena masih jadi anak kos, tujuan mengirimkan naskah adalah mencoba untuk menambah uang saku yang berarti harus pintar-pintar pula dalam pengeluaran hal lain selain kebutuhan hidup sebagai anak kos. Jadilah saya mencari segala kemungkinan supaya dalam pengiriman naskah, yang kadang tebal, ongkos kirimnya bisa cocok di kantong. Tidak heran, ketika agen dekat kos tutup saya belain cari JNE lain.

Pernah ada yang bertanya, kenapa segitu belainnya? Toh, misal harus naik angkot dulu menuju agen JNE terdekat, onkos dan lelahnya sama saja kalau dikirim dengan ekspedisi lain?

Saat itu saya masih tetap menjawab karena ongkos kirim JNE yang relatif lebih murah. Namun, setelah sekian lama menjadi pelanggan dan menggunakan jasanya dalam berbagai jenis pengiriman, ada satu hal yang rasanya menjadi landasan mengapa saya sampai sedemikiannya.

Landasan itu adalah kepercayaan.

Yes. Kepercayaan itulah yang kemudian tetap saya pegang untuk JNE.

Hingga sekarang.

Soal Panggilan Masa Lalu

Saat awal-awal ada ekspedisi atau kurir lain selain Pos Indonesia, memang yang paling sering terdengar di telinga serta diucapkan orang adalah sebuah ekspedisi atau kurir yang dikenal dengan nama “Tiki”. Belakangan saya tahu bahwa Tiki dan JNE adalah saudara kandung.

Tidak heran di masa itu, telinga saya lebih sering mendengar “Paketin saja ke Tiki”, daripada ke JNE atau bahkan ke Pos. Kebetulan sekali, di dekat saya tinggal, juga adanya jalur Tiki, maka memang lebih sering ke sana daripada ke ekspedisi lain.

Seiring waktu dan tempat, ternyata nama JNE sekarang lebih familiar di telinga. Kemudahan lokasi agen serta keyakinan bahwa barang kiriman saya akan sampai dengan selamat, menjadikan saya lebih mempercayakan JNE sebagai ekspedisi pengiriman barang dan surat yang saya kirimkan.

Dari sini pula saya mulai mengenal macam-macam pengiriman barang. Bukan sekadar surat atau benda-benda biasa (yang kebanyakan benda kecil dan atau tidak membutuhkan pengepakan besar), melainkan juga benda yang bahkan di luar pikiran saya, bisa dikirimkan.

Salah satunya adalah ketika seorang teman baik berulang tahun. Dia bekerja di Jakarta belum lama sebelum hari ulang tahunnya. Saya jadi berkeinginan untuk membuat kejutan baginya dengan mengirimkan kue tar yang pada masa itu dikenal karena rasa dan bentuknya yang beda.

Sesaat saya membeli kue itu dan dikemas dengan baik oleh tokonya, malah bingung mau mengirimkannya bagaimana? Sesampai di agen JNE, pegawai di sana juga sempat nampak bingung. Untungnya dia bisa langsung tanggap. Dia meminta saya untuk mempercayakan saja kepada mereka. Mereka menjamin kue akan sampai dengan selamat,  Saya pun menaruh kepercayaan sepenuhnya pada mereka.

Saat hari ulang tahun tiba, saya mengirim email ucapan padanya (zaman itu belum ada WA dan saya belum punya HP). Dibalas dengan ucapan terima kasih dan terharu dengan kue yang dikirim. Menurutnya pengirimannya rapi dan sampai dengan baik meskipun ada beberapa bagian yang memang gompel. Mungkin sedikit terkena benturan.

Pengalaman tak terlupakan yang membuat saya tidak menyesal memilih JNE sebagai perantara atas pengiriman barang-barang saya.

Tidak Semua Sesuai Harapan 

Kurir (dari bahasa Inggris: courier, bahasa Prancis: courrier/coursier, juga dikenal sebagai jasa ekspedisi) adalah perusahaan atau perorangan yang bertugas mengirim pesan, paket dalam jumlah kecil hingga sedang, atau surat dari tempat yang satu ke tempat yang lain menggunakan jalur darat, laut, dan udara.

(Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kurir)

Gambar oleh NM

Dalam perjalanan sekian lama bersama JNE, tentu tidak semua hal memberikan senyum panjang atau nafas lega. Tidak jarang juga kening mengkerut atau sedikit serapah menyertai kalimat kecewa.

Pada beberapa berita atau review yang tertera, ekspedisi satu ini memang tidak lepas dari masalah keterlambatan penerimaan barang dari yang semestinya. Terlebih di masa sekarang dimana toko online sudah ada banyak. Pengiriman barang pun meningkat.

Salah satu alasan terbesar yang seringkali membuat keterlambatan pengiriman adalah faktor insfrastruktur tempat tujuan. Tidak bisa dipungkiri, belum semua daerah di Indonesia ini memiliki infrastuktur yang baik. Membutuhkan banyak tenaga dan kemampuan agar bisa melaluinya dnegan baik. Di sini peran kurir memang sangat besar berpengaruh. Bukan saja keterampilannya mencari alternatif jalan atau arah supaya bisa mengurangi keterlambatan, tetapi juga loyalitas kepada pelanggan memang diharapkan sekali bisa menjadi salah satu unsur kuat untuk memberikan yang terbaik.

Selain faktor infrastuktur, juga ada faktor alam sendiri. Dalam hal ini cuaca. Jika cuaca sedang tidak mendukung, tentunya para kurir yang bertugas juga tidak bisa bekerja dengan maksimal. Terlebih lagi jika pengantaran dilakukan dengan menggunakan kendaraan motor, dan saat musim hujan, misalnya.

Dua faktor itu mungkin yang sering kali harus dihadapi para kurir JNE di lapangan. Sementara untuk urusan regulasi, tentu saja biasanya berhubungan dengan kebijakan pemerintah dimana beberapa kali terjadi penggantian regulasi tentang hal tersebut. 

Namun, dengan semua pengalaman serta “jam terbang” yang sudah tinggi, JNE pasti mampu beradaptasi serta mengatasinya. Sekira masih ada satu dua kekurangan, saya percaya, di usianya yang ke-33 ini akan menapaki hal yang lebih baik ke depannya, seiring zaman dan kemajuannya

Sebagaimana telinga saya yang juga beradaptasi dengan teriakan kode ada kiriman dari masa lalu ke masa kini. Kalau pada masa kecil itu, Pak Pos akan meneriakan “Surat…” lalu kalau kami ada akan langsung membuka pintu untuk menerima, saat ini teriakan itu akan berganti “Paket…” meski sebenarnya yang dikirim dokumen atau surat. (anj24)
#JNE#ConnectingHappiness#JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya 

Kesan Anda